Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Good Bye To Mukalla... Welcome To Tarim.. Yaa Tareem Wahlahaa...


Kota Mukalla, Hadramaut
Sungguh tidak terasa…  Sudah berlalu kurang lebih satu tahun sejak kedatangan kami di Mukalla, ibukota provinsi Hadramaut Yaman Selatan. Begitu banyak kenangan yang telah terukir di benak kami para mahasiswa Indonesia, terhitung dari tanggal 22 September 2013. Itulah saat-saat yang sangat bersejarah dalam kehidupan kami. Karena pada saat itulah pengembaraan kami  dimulai. Kami merantau ke negeri orang. Kami akan pergi ke suatu tempat yang bernama "luar negeri".  Kata-kata “luar negeri” sempat membuat saya senyum-senyum sendiri karena tidak menyangka anak kampungan seperti saya bisa melanjutkan study  ke Negeri . Seakan kamilah lakon baru cerita novel “Ketika Cinta Bertasbih” season ke 3. Meskipun ternyata yang kami dapat hanyalah hamparan gurun pasir dan gunung batu yang menjulang, kami cukup beruntung karena Mukalla dekat dengan pesisir pantai sehingga ada kesempatan bagi kami untuk piknik ke pantai di waktu libur. Namun tetaplah sensasi belajar diluar negeri begitu terasa berbeda.

Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap mahasiswa baru Universitas Al Ahgaff tidak langsung menetap di kota Tarim. Melainkan  terlebih dahulu kami harus tinggal satu tahun di kota mukalla. Katanya agar para mahasiswa terbiasa dengan perubahan cuaca yang super ekstrim di Tarim. Karena suhu di Mukalla tidak begitu jauh seperti di Indonesia. Disamping sebagai persiapan untuk kami sebelum tinggal di kota yang dijuluki “kota seribu wali”. Tentunya pembenahan diri dan hati sangatlah diperlukan agar keberkahan di dapat. Karena Tarim adalah kota yang menjanjikan seribu keberkahan bagi siapapun siap menerima keberkahan itu. Siapakah mereka? Yaitu orang-orang menganggap dirinya ibarat sebuah gelas kosong. Gelas yang tidak berisi apa-apa. Gelas yang siap untuk diisi dengan telaga ilmu.

Kini masa penantian itu sudah hampir mencapai batasnya. Satu tahun sudah hampir berlalu . Tepat tanggal 30 Agustus, malam Ahad merupaka malam acara perpisahan kami. Acara yang cukup meriah itu merupakan sebuah ucapan “selamat tinggal” untuk kota Mukalla dan juga sebagai ucapan “selamat datang” untuk kota Tarim. Tempat dimana kami akan menetap 4 tahun selanjutnya menanti kepulangan kami ke tanah air. Acara malam itu sungguh berbeda dari acara-acara yang kami adakan sebelumnya karena dihadiri langsung oleh Rektor Universitas Abuya Al Habib Abdullah bin Muhammad Baharun. Ditambah dengan beberapa tamu undangan seperti Doktor Fuad, Habib Zein bin Agil, Syeikh Al Akbari dan tidak lupa dosen-dosen yang telah mengajari kami selama setahun disini.

saat mendarat di Bandara Royyan
Kata sambutan demi kata sambutan disampaikan yang isinya berupa nasehat untuk kami untuk selalu rajin belajar, mengamalkan ilmu, rendah hati dan husnuzhan terutama kepada penduduk kota Tarim. Setelah beberapa sambutan acara dilanjutkan dengan memberikan penghargaan kepada beberapa mahasiswa dari begaram nominasi dalam rangka AMI AWARD 2014. Dari yang paling aktif berbahasa Arab, yang paling sering ke masjid, yang paling sering ke perpustakaan, yang paling pendiam, yang paling unik, yang paling popoler, yang tergaul, yang paling rajin, yang  paling sepuh bahkan yang paling sering ke Warnet pun tidak luput dari penghargaan. Acara juga disetting agar mirip seperti pemilihan nominasi yang ada di SCTV. Menarik bukan? Suasana acara pun menjadi riuh penuh dengan tawa para mahasiswa Indonesia. Setelah pembagian  penghargaan acara dilanjutkan dengan nonton bareng video dokumentasi yang hasil karya salah seorang mahasiswa. Tontonan yang tidak kalah lucu dan seru karena diisi dengan foto-foto dan liputan-liputan dari sejak kedatangan kami disini, moment yang tidak sengaja kena liput kamera, disamping juga diselingi oleh opini dan pesan-pesan dari sebagian mahasiswa. Acara malam itu baru selesai hingga jam 12 malam untuk waktu Yaman.
 
          
Suasana di Pentas Seremoni Haflah Wada`
             Acara pun telah usai. Kini saatnya kami berhadapan dengan kardus dan koper kami, memilah-milah barang mana yang harus kami bawa menuju kota Tarim. Terbesit di benakku perkataan Raditya Dika bahwa hidup itu penuh dengan perpindahan. Berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Berpindah dari kebiasaan buruk kepada hal yang baik. Semoga perpindahan ini membawa kesan dan keberkahan tersendiri. Perpindahan yang memotivasi kami  untuk selalu melakukan kebaikan di mana pun dan kapan pun. Wabillahittaufiq


*******

Posting Komentar untuk "Good Bye To Mukalla... Welcome To Tarim.. Yaa Tareem Wahlahaa..."